Media Massa dan Demokrasi

Nasional64,597 views

Oleh: Abdul Ghopur

Susah membayangkan manusia hidup tanpa media massa seperti majalah, buku, surat kabar, radio, televisi (TV), internet dan bahkan film di zaman modern sekarang ini. Media massa mempunyai makna yang bermacam-macam bagi masyarakat dan memiliki banyak fungsi, tergantung pada sistem politik dan ekonomi dimana media itu berfungsi, tingkat perkembangan masyarakat, dan minat serta kebutuhan individu tertentu. Namun selain memiliki fungsi, media juga mempunyai banyak disfungsi, yaitu konsekuensi yang tidak dapat terhindarkan dan diinginkan masyarakat atau anggota masyarakat.

Sejatinya, media massa atau pers berfungsi sebagai media informasi, pendidikan, hiburan dan kontrol sosial (pasal 33 UU No. 40 tahun 1999 tentang pers). Media massa juga berfungsi memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui dan menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi dan mendorong terwujudnya supremasi hukum dan hak asasi manusia. Selain itu pers juga harus menghormati kebinekaan mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat, akurat dan benar melakukan pengawasan.

Sebagai pelaku media informasi, pers atau media massa itu memberi dan menyediakan informasi tentang peristiwa yang terjadi kepada masyarakat, dan masyarakat membeli surat kabar karena memerlukan informasi. Sebagai fungsi pendidikan, pers atau media massa itu memiliki fungsi sebagai sarana pendidikan massa (mass education), pers memuat tulisan-tulisan atau informasi yang mengandung pengetahuan sehingga masyarakat bertambah khazanah pengetahuan dan wawasannya.

Sebagai fungsi hiburan, pers atau media massa (dalam hal ini media cetak) juga memuat hal-hal yang bersifat hiburan untuk mengimbangi berita-berita berat (hard news) dan artikel-artikel yang berbobot. Berbentuk cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, teka-teki silang, pojok, dan karikatur .

Sementara sebagai fungsi kontrol sosial, fungsi ini terkandung makna demokratis yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sebagai: 1. Social participation (keikutsertaan rakyat dalam pemerintahan), 2. Social responsibility (pertanggungjawaban pemerintah terhadap rakyat), 3. Social support (dukungan rakyat terhadap pemerintah), 4. Social control (kontrol masyarakat terhadap tindakan-tindakan pemerintah).

Bahkan, media massa memiliki fungsi sebagai lembaga ekonomi. Yaitu suatu perusahaan yang bergerak di bidang pers dapat memanfaatkan keadaan di sekiktarnya sebagai nilai jual sehingga pers sebagai lembaga sosial dapat memperoleh keuntungan maksimal dari hasil prodduksinya untuk kelangsungan hidup lembaga pers itu sendiri.

Namun mencermati perkembangan media massa (dalam hal ini media TV) dewasa ini begitu memprihatinkan dan cenderung mencemaskan. Bagaimana tidak? Media yang seharusnya menjadi benteng demokrasi bahkan “benteng moral” masyarakat dan warga negara, justru menjadi mesin atau pabrik “perusak moral” masyarakat. Apa buktinya? Sinetron kita diisi dengan cerita setan dan episode “lawakan,” kehidupan bermewah-mewahan (glamour), hedonisme-instan, bahkan ucapan Tuhan yang diulang-ulang serta ritual ibadah yang berlebihan. Beririsan dengan itu, kekerasan (violence) terus “dibudayakan” oleh media massa, untuk tidak ingin dikatakan disebarluaskan. Dus, hal ini tidak mencerminkan sama-sekali kepribadian dan budaya bangsa. Alih-alih mengejar rating, media massa justru hanya mengeruk keuntungan ekonomis semata tanpa mempertimbangkan efek kebangkrutan moral bangsa di kemudian hari.

Padahal, media massa baik cetak atau pun elektronik mempunyai fungsi kebudayaan, pertama, fungsi pengawasan (surveillance), penyediaan informasi tentang lingkungan. Kedua, fungsi penghubungan (correlation), dimana terjadi penyajian pilihan solusi untuk suatu masalah. Ketiga, fungsi pentransferan budaya (culture transmission), adanya sosialisasi dan pendidikan. Keempat, fungsi hiburan (entertainment) yang diperkenalkan oleh Charles Wright yang mengembangkan model Laswell dengan memperkenalkan model dua belas kategori dan daftar fungsi. Pada model ini Charles Wright menambahkan fungsi hiburan. Wright juga membedakan antara fungsi positif (fungsi) dan fungsi negatif (disfungsi).

Dus, media massa terutama TV, memiliki kekuatan yang sangat besar mempengaruhi kebudayaan masyarakat luas. Menurut Karl Erik Rosengren pengaruh media cukup kompleks dan dampaknya bisa dilihat dari, pertama, skala kecil (individu) dan luas (masyarakat). Kedua, kecepatannya, yaitu cepat (dalam hitungan hari, jam, menit bahkan detik) dan lambat (puluhan tahun/ abad) dampak itu terjadi. Pengaruh media bisa ditelusuri dari fungsi komunikasi massa, Harold D. Laswell pada artikel klasiknya tahun 1948 mengemukakan model sederhana yang sering dikutip untuk model komunikasi hingga sekarang, yaitu: Siapa (who), pesannya apa (says what), saluran yang digunakan (in which channel), kepada siapa (to whom) dan apa dampaknya (with what effect)? Model ini adalah garis besar dari elemen-elemen dasar komunikasi. Dari model tersebut, Laswell mengidentifikasi tiga dari keempat fungsi media.

Dus, Secara perlahan-lahan namun efektif, media membentuk pandangan (paradigma) pemirsanya terhadap bagaimana seseorang melihat pribadinya dan bagaimana seseorang seharusnya berhubungan dengan dunia sehari-hari (Gamble, Teri and Michael. Communication works. Seventh edition). Contoh, media memperlihatkan pada pemirsanya bagaimana standar hidup layak bagi seorang manusia, dari sini pemirsa menilai apakah lingkungan mereka sudah layak, atau apakah ia telah memenuhi standar itu, dan gambaran ini banyak dipengaruhi dari apa yang pemirsa lihat dari media. Penawaran yang dilakukan oleh media bisa jadi mendukung pemirsanya menjadi lebih baik atau mengempiskan kepercayaan dirinya. Media bisa membuat pemirsanya merasa senang akan diri mereka, merasa cukup, atau merasa rendah dari yang lain. Begitu pula dalam konteks demokrasi, kualitas dan standar demokratisnya masyarakat juga tercerminkan dan apa yang disuguhkan oleh media massa.

Singkat kata, media massa dapat membentuk atau merubah sama-sekali kebudayaan atau karakter suatu bangsa. Demikian juga media massa merupakan cerminan dari budaya bangsa itu sendiri. Ketika masyarakat kita mengalami kedangkalan berpikir dan hanya menyukai sesuatu yang remeh-temeh (mediokrasi), dan itu direfleksikan oleh TV, maka media massa merupakan cermin (reflektor) dari suatu masyarakat yang sedang mengalami “mediokrasi” itu!

Penulis adalah Intelektual Muda Ahlussunnah Waljama’ah (ASWAJA),
Direktur Eksekutif Lembaga Kajian Strategis Bangsa (LKSB),
Founder Indonesia Young Leaders Forum;
Inisiator Yayasan Kedai Ide Pancasila
(menulis banyak buku dan artikel)

Disclaimer: (makalah ini merupakan pendapat peribadi, orang lain dapat saja berpendapat berbeda)

Referensi:
Harold D. Laswell. 1948. The structure and function of communication in society. New York. L Bryson. (ed.).
Dan dari berbagai serpihan sumber.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *