Jakarta – Beberapa aktivis 98 dan pengamat yang hadir sebagai narasumber diskusi publik “Polisi RW Jaga Pemilu Damai” yang di inisiasi Jaringan Aktivis Reformasi Indonesia (JARI 98) angkat bicara perihal demo BEM kritisi Polri Presisi hanya Narasi di Mabes Polri.
Direktur Eksekutif Rumah Politik Indonesia Fernando Emas mengingatkan kepada seluruh elemen masyarakat untuk membantu Kepolisian agar berkinerja makin baik, bukan sekedar mengkritisi dan mencari kekurangan terus menerus.
“Mari kita apresiasi apa yang menjadi prestasi Kepolisian untuk saat ini. Sudah banyak kemajuan, termasuk dari seleksi kepolisian,” tegas Fernando Emas, di Serasa Kuphie Selatan, H. Nawi Jakarta Selatan, Selasa (18/4/2023).
Menurutnya, kritik di era demokrasi adalah hal yang biasa. Termasuk adanya kritik dari netizen terhadap lagunya Slank yang judul lagunya “Polisi yang baik hati”.
“Lagu slank, ada kritik itu biasa. Harusnya ini jadi motivasi kepolisian. Ada lagu polisi baik ya harus terpacu jadi polisi baik,” katanya.
Fernando membeberkan kiat mengubah bagaimana image negatif Polri bisa berubah jadi positif, yakni menciptakan bagaimana sikap Polri menyikapi kritik masyarakat agar berubah menjadi lebih baik.
“Jika polisi dikritik, ya jadikan motivasi. Respon dengan baik. Jangan sampai masyarakat tidak mengkritik karena polisi terlalu sangar. Jadikan kritik agar program menjadi lebih baik,” sambungnya.
Ditempat yang sama, Direktur Eksekutif Studi Demokrasi Rakyat (SDR) Hari Purwanto mengatakan pro dan kontra adalah hal biasa di era demokrasi tapi jangan kebablasan.
“Tapi jangan menjadi alergi ketika ada kritik. Soal demo itu bagian aspirasi yang disampaikan,” tuturnya.
Hari berpesan kritik BEM agar bisa menjadi masukan dan vitamin bagi Polri agar bisa mencakup ke tingkat paling bawah. Polri lahir dari ABRI dan harus berterima kasih kepada reformasi karena harus mampu bertanggungjawab juga mampu menjalankan kinerjanya.
“Karena setiap Kapolri mempunyai harapan, tujuan dan cita-cita,” jelasnya lagi.
Sementara itu, Sekjen JARI 98 Ir. Arwandi mengatakan Polisi harus bisa menunjukkan kualitas baik personal dan organisasi yang lebih mumpuni kedepannya. Dan adanya kritik, justru itu adalah cambuk agar Polri bisa menjadi lebih baik lagi.
“Aksi mahasiswa kritisi Polri justru kecintaan mahasiswa terhadap institusi Polri agar semakin dicintai oleh rakyatnya,” tambahnya.
Ditempat yang sama, aktivis 98 Roy Ferdinand Martin Sitorus (FMS) justru ucapan rasa syukur adanya kepedulian masyarakat terhadap korosi Bhayangkara, meski itu melalui kritik, maupun demonstrasi.
“Yang berbahaya bagi Kepolisian jika masyarakat apatis. Udah cuek sama polisinya, nggak komentar, berarti nggak cinta,” ucap Roy.
Roy menyebut jika masyarakat memberi kritik selama itu konstruktif, membangun maka jangan alergi. Dan pihaknya siap mendukung Polri di masa pak Listyo agar Polri tetap berkembang.
“Polisi RW jangan sekadar implementasi, harus berkembang. Kita dukung,” pungkasnya.