Jakarta – Ketua Umum PB PII, Abdul Kohar Ruslan, mengecam aksi perundungan atau bullying terhadap pelajar. Menurutnya, bullying bisa terjadi di mana saja dan oleh siapa saja. Mulai dari lingkungan sekolah, pertemanan, hingga pekerjaan yang berdampak langsung terhadap kesehatan mental korban.
“Sering kali, korban yang dirundung merasa trauma dan dibayang-bayangi perilaku perundungan yang menimpanya. Hal ini karena aksi tersebut dilakukan saat korban berada di bangku sekolah yang seharusnya menjadi masa bersenang-senang dan mengeksplorasi banyak hal,” kata Kohar saat Orasi Kepelajaran pada agenda Kajian Bullying, Sabtu (2/3/2024).
Kohar, mengatakan, di sisi lain, banyak pelaku yang tak sadar dan tetap hidup bebas padahal mereka telah menorehkan luka ke para korban. Perundungan di lingkungan akademik yang seharusnya menjadi ruang aman untuk menuntut ilmu menambah bukti mirisnya pendidikan Indonesia.
“Hari ini kita dihadapkan terhadap fenomena bulying di kalangan pelajar. Masih banyak sekolah dan tenaga pendidik yang kurang peduli terhadap hal ini. Beberapa dari mereka bahkan menganggap perundungan sebagai candaan biasa antarteman. Bahkan, ada pula tenaga pendidik yang turut memberikan candaan berlebihan kepada siswanya,” ujarnya.
Kohar, menjelaskan, dalam laporan UNICEF (2020) tercatat setidaknya ada 41 persen pelajar di Indonesia berusia 15 tahun pernah mengalami perundungan. Sementara itu, 22 persen perundungan yang mereka terima berupa ejekan dan penghancuran barang secara paksa. Seorang pelajar yang menjadi korban perundungan tentu akan berdampak terhadap kesehatan mental. Mereka akan menjadi pribadi yang tertutup dan enggan bergabung dengan teman-teman yang lain.
“Hal ini terjadi karena mereka memiliki ketakutan untuk mulai berinteraksi dengan orang baru karena khawatir akan mengalami aksi yang serupa. Perasaan takut ini pun bisa bertumbuh hingga mereka dewasa dan menjadi perasaan trauma. Bahkan, perasaan traumatis ini pun kini tak menunggu mereka dewasa. Sebab, ada beberapa kasus yang merenggut nyawa korbannya,” jelasnya.
Ketum PB PII, menambahkan, PII jelas menyatakan sikap untuk stop perundungan khusus nya di sekolah. Semangat lahir nya PII karena adanya keresahan terhadap kondisi pelajar pada zaman itu. Pelajar umum dan santri saling mengolok-olok.
“Semangat ini yg terus kita bawa. Agar kita dapat mencegah terjadinya perundungan khususnya di Sekolah,” tambahnya.
Ketum Kohar, melanjutkan, pertanyaannya kemudian, Apa yg sudah PII lakukan? PII hadir dengan memberikan pendidikan akhlak. Jadi ada pembekalan pendidikan akhlak bagi setiap kader PII. Tapi tentu nya PII tidak bisa berdiri sendiri, harus ada kepedulian dan kepekaan juga dari guru sebagai pendidik diselolah.
“Tidak hanya itu, keterlibatan aktif siswa ini yang paling penting. Kalo ada perundungan laporkan.” tandasnya.