Jakarta – Ketua Gerakan Nurani Kebangsaan (GNK), Habib Syakur Ali Mahdi, mengecam keras penyebaran isu ijazah palsu Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai fitnah yang tidak berdasar.
Dalam pernyataannya, Habib Syakur mengutip hadis Nabi Muhammad SAW yang menyatakan, “Fitnah itu lebih kejam daripada pembunuhan,” untuk menegaskan betapa berbahayanya upaya pelemahan karakter melalui kabar bohong.
“UGM sudah memberikan klarifikasi resmi, Pak Jokowi pun telah memberikan penjelasan, tetapi para penuduh tetap tidak percaya. Ini jelas agenda politik busuk yang didorong oleh kebencian buta,” tegas Habib Syakur, hari ini.
Ia mendesak aparat penegak hukum untuk mengusut tuntas pelaku penyebar fitnah tersebut, mengingat dampaknya yang dapat memecah belah masyarakat dan menciptakan kegaduhan di ruang publik.
“Ini bukan lagi tentang kebenaran, tapi tentang niat jahat untuk menghancurkan reputasi seseorang. Sekalipun ulama besar atau lembaga terpercaya seperti UGM menyatakan keaslian ijazah tersebut, mereka yang sudah dibutakan kebencian tetap tidak akan menerima,” tambahnya.
Habib Syakur juga mengingatkan publik agar tidak mudah terprovokasi oleh narasi-narasi yang sengaja dirancang untuk menyerang pemimpin tanpa bukti sahih.
“Jika ada yang merasa memiliki bukti, sampaikan secara hukum, bukan lewat kampanye hitam di media sosial atau aksi-aksi provokatif,” tegasnya.
Dukungan Proses Hukum
GNK mendukung langkah hukum terhadap para penyebar fitnah, termasuk pelaporan ke Bareskrim Polri atau lembaga terkait.
“Kami mendorong proses hukum yang tegas agar menjadi pelajaran bagi siapa pun yang ingin memanipulasi fakta untuk kepentingan politik,” kata Habib Syakur.
Habib Syakur mengajak seluruh elemen bangsa untuk menjaga etika berpolitik dan tidak terjerumus dalam permainan fitnah.
“Kita harus belajar dari sejarah: fitnah hanya meninggalkan luka, bukan solusi,” tutupnya.