Semarang — Menyikapi munculnya isu “September Gelap” yang berpotensi menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Jawa Tengah menggelar pertemuan internal di Kantor Sekretariat FKUB, Kota Semarang, Sabtu (20/9/2025).
Pertemuan tersebut dihadiri oleh Ketua FKUB Jawa Tengah Prof. Dr. Imam Yahya, M.Ag, bersama sejumlah pengurus inti dan perwakilan enam agama — Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu. Agenda utama membahas langkah-langkah antisipatif menghadapi potensi provokasi dan penyebaran isu sensitif yang marak di ruang digital menjelang akhir September.
Dalam keterangannya, Prof. Imam Yahya menegaskan bahwa FKUB secara konsisten berkomitmen menjaga harmoni antarumat beragama di Jawa Tengah.
“Kami terus membangun dialog lintas agama, memperkuat jejaring sosial, dan menumbuhkan kepercayaan antarumat. Namun kami juga menyadari meningkatnya tensi di media sosial yang bisa memicu kesalahpahaman bila tidak ditangani bijak,” ujarnya.
Sebagai langkah konkret, FKUB menyiapkan pernyataan bersama lintas tokoh agama yang menyerukan perdamaian dan menolak segala bentuk provokasi menjelang momentum “September Gelap”. Pernyataan tersebut akan disebarluaskan melalui kanal media sosial FKUB serta jaringan organisasi keagamaan di tingkat kabupaten/kota.
Langkah ini dinilai sejalan dengan upaya Polri dan Polda Jateng dalam membangun kontra-narasi terhadap disinformasi yang dapat mengganggu ketertiban umum.
Selain membahas isu digital, beberapa pengurus FKUB juga memberikan masukan terkait pentingnya memperkuat komunikasi dengan aparat keamanan. Mereka menilai perlunya forum koordinasi rutin agar isu sensitif bisa diklarifikasi sejak dini sebelum menjadi rumor di masyarakat. Tim dari pihak keamanan menyambut baik usulan ini dan berkomitmen membangun sistem komunikasi cepat antara FKUB dan jajaran Polda Jateng.
Diskusi turut menyoroti tantangan baru di era digital, di mana penyebaran informasi kerap membenturkan ajaran agama dengan kepentingan politik. FKUB berharap Polri dapat terus memberikan pendampingan literasi digital dan memperkuat deteksi dini berbasis masyarakat.
Pertemuan ini menghasilkan dua capaian penting:
1. Komitmen bersama menjaga kondusifitas menjelang “September Gelap”.
2. Diperolehnya data valid tentang persepsi tokoh agama terhadap isu nasional.
Kedua capaian ini dinilai strategis untuk mendukung langkah Polri dan FKUB dalam menjaga stabilitas sosial serta memperkuat toleransi di Jawa Tengah — salah satu provinsi dengan tingkat kerukunan antarumat beragama tertinggi di Indonesia.
“Kami percaya, kedamaian adalah hasil kerja sama semua pihak, bukan hanya aparat, tapi juga tokoh agama dan masyarakat,” tutup Prof. Imam Yahya.






